Weblaboratory – Judul lagu Green Day, Wake Me Up When September Ends, menjadi salah satu topik pencarian yang sedang tren di Google pada hari ini, Minggu (1/10/2023). Kemungkinan besar, hal ini terkait dengan ketepatan waktunya, di mana September berakhir dan Oktober dimulai.
Namun, di balik berbagai meme yang tersebar luas di media sosial, terdapat kisah yang penuh duka dalam lagu yang dirilis oleh Green Day pada tahun 2005 ini.
Menurut laporan dari media musik seperti Kerrang dan NME, lagu ini mencerminkan masa lalu yang tragis dalam kehidupan vokalis Green Day, Billie Joe Armstrong. Pada usia 10 tahun, ia harus mengalami perpisahan yang tak terhindarkan dengan ayahnya, yang meninggal dunia pada bulan September setelah melawan kanker.
Peringatan Yang Menyedihkan
Dikatakan bahwa judul lagu ini adalah kata-kata yang diucapkan oleh Billie Joe kepada ibunya, hanya beberapa waktu setelah kepergian sang ayah.
“Kurasa ini adalah sesuatu yang selalu ada dalam pikiranku, bahwa bulan September menjadi pengingat akan satu peristiwa yang, entahlah, rasanya begitu mengharukan,” katanya, sebelum tampil dalam episode acara The Howard Stern Show pada tahun 2019. Billie Joe Armstrong mengakui bahwa kematian ayahnya memiliki dampak yang mendalam padanya.
Billie Joe Sering Teringat Ayahnya
Billie Joe Armstrong, vokalis utama dari band Green Day, telah mengungkapkan dalam beberapa kesempatan bahwa lagu mereka yang terkenal, “Wake Me Up When September Ends,” memiliki makna yang sangat pribadi dan emosional baginya. Lagu ini bukan hanya sebuah karya musik, tetapi juga merupakan ungkapan dari perasaan mendalam yang terkait dengan pengalaman pribadinya.
Salah satu momen yang paling diingat oleh penggemar adalah saat Billie Joe menangis saat membawakan lagu ini di Irving Plaza pada September 2012. Ini adalah momen yang sangat emosional dan menjadi bukti nyata betapa kuatnya hubungannya dengan lagu tersebut. Ketika ditanya tentang lagu ini, Billie Joe mengaku bahwa ia selalu teringat kepada ayahnya setiap kali ia menyanyikannya. Ini adalah pengakuan yang mencerminkan betapa pentingnya lagu ini dalam hidupnya.
Lagu “Wake Me Up When September Ends” memiliki lirik yang mendalam dan emosional yang mencerminkan perasaan kehilangan dan duka yang dirasakan oleh seseorang yang telah kehilangan orang yang mereka cintai. Lirik-liriknya menciptakan gambaran tentang perpisahan yang tragis dan bagaimana seseorang berusaha untuk menghadapinya.
Dalam sebuah wawancara, Billie Joe pernah berbicara tentang makna lagu ini dan bagaimana kematian ayahnya sangat mempengaruhi dirinya. Dia mengungkapkan bahwa kata-kata “Wake me up when September ends” adalah kata-kata yang dia ucapkan kepada ibunya setelah sang ayah meninggal dunia. Bulan September menjadi pengingat akan momen yang sangat sulit dalam hidupnya, dan lagu ini adalah cara baginya untuk merayakan dan mengenang kenangan sang ayah.
“Kurasa ini adalah sesuatu yang selalu ada dalam pikiranku, bahwa bulan September menjadi pengingat akan satu peristiwa yang, entahlah, rasanya begitu mengharukan,” katanya dalam wawancara tersebut. Ini adalah ungkapan dari perasaan mendalamnya terhadap bulan September, yang selalu mengingatkannya pada kepergian ayahnya. Setiap tahun saat bulan September tiba, Billie Joe merasa perlu untuk merayakan kenangan sang ayah dengan menyanyikan lagu ini.
Kematian ayahnya adalah pengalaman yang sangat berat bagi Billie Joe, terutama karena dia masih sangat muda ketika itu terjadi. Dalam wawancara lain, dia mengungkapkan bahwa saat peristiwa tersebut terjadi, rasanya seperti hidupnya dimulai dari awal. Kepergian sang ayah adalah kehilangan yang besar dalam hidupnya, dan lagu “Wake Me Up When September Ends” adalah cara baginya untuk mengungkapkan perasaan duka yang mendalam tersebut.
Lagu ini tidak hanya memiliki makna yang dalam bagi Billie Joe Armstrong, tetapi juga telah menjadi salah satu lagu yang sangat ikonik dan populer dalam katalog Green Day. Kehadiran lagu ini dalam konser-konser mereka selalu mendapat respons yang luar biasa dari para penggemar. Musik dan liriknya yang kuat membuatnya menjadi lagu yang bisa menyentuh hati banyak orang yang pernah mengalami kehilangan.
Dalam semua kepopuleran dan kesuksesan yang mereka raih sebagai band, “Wake Me Up When September Ends” tetap menjadi salah satu lagu yang paling berarti dan paling pribadi bagi Billie Joe Armstrong. Itu adalah pengingat akan kenangan ayahnya yang tetap hidup dalam lagu tersebut dan menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan musiknya.
Jadi, ketika Billie Joe Armstrong menyanyikan “Wake Me Up When September Ends,” itu adalah lebih dari sekadar penampilan musik. Itu adalah cara baginya untuk mengenang dan merayakan kenangan ayahnya, serta mengungkapkan perasaan mendalam yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Lagu ini adalah ungkapan dari perasaan duka dan rindu yang tetap hidup dalam hatinya setiap kali bulan September tiba.
Penghormatan Untuk Sang Ayah
Pria berusia 51 tahun ini dengan jujur mengakui bahwa selama bertahun-tahun, dia memiliki ketidaknyamanan dalam mengangkat kematian ayahnya dalam karya-karyanya. Namun, akhirnya, dia berhasil mengatasi rintangan tersebut dan menemukan kedamaian dalam melakukannya.
“Selama bertahun-tahun, saya merasa enggan untuk menciptakan karya-karya yang berbicara tentang kepergian ayah,” ungkap Billie Joe. Pengalaman tersebut adalah hal yang sulit untuk dihadapi dan diungkapkan dalam seni. Namun, pada akhirnya, dia berhasil melangkah melampaui ketidaknyamanan tersebut dan merasa bahwa melibatkan tema tersebut adalah tindakan penghormatan yang penting.
“Rasanya bukanlah tentang mengungkapkan emosi yang negatif,” kata Billie Joe saat berbicara tentang lagu-lagu yang mengangkat kematian ayahnya. “Sebaliknya, ini adalah cara bagi saya untuk memberikan penghormatan kepada sosok yang sangat berarti dalam hidup saya.” Dengan kata lain, dia melihatnya sebagai cara untuk memperingati kenangan ayahnya yang telah tiada.
Ini adalah langkah berani dan bermakna bagi seorang seniman seperti Billie Joe Armstrong untuk mengatasi ketidaknyamanan pribadinya dan menyuarakan perasaannya melalui seni. Terkadang, seni bisa menjadi wadah untuk mengatasi perasaan yang sulit dan kompleks, dan dalam kasus ini, lagu-lagu yang mengangkat kematian ayahnya menjadi wujud penghargaan dan cinta yang dalam kepada orang yang telah berpulang.